Tawakalnya Seorang Penjual Koran
Pagi itu penjaja koran berteduh di emperan toko.
Sejak subuh hujan turun cukup deras, yang membuatnya tidak bisa menjajakan korannya.
Terbayang di benakku, tidak ada satu rupiah pun uang yang akan ia peroleh kalau hari terus hujan.
Namun, kegalauan yang kurasakan ternyata tidak tampak sedikitpun
di wajah Penjual Koran Sang Teladan itu.
Hujan masih terus turun.
Si penjaja koran pun tetap duduk di emperan toko sambil tangannya memegang sesuatu. Tampaknya seperti sebuah buku. Kuperhatikan dari kejauhan, lembar demi lembar ia baca. Awalnya aku tidak tahu apa yang sedang ia baca.
Namun saat kudekati , ternyata Al Quran yang dibacanya.
Kudekati dan kusapa dia ...
+ " Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh...",
- “ Waalaikum salam Warahmatullahi Wabarahkaatuh ...!!! ".
+ “ Bagaimana jualan korannya, Mas .... ? ",
- “ Alhamdulillah, sudah satu yang terjual".
+ “ Wah susah juga ya kalau hujan begini...? " ,
- “ Insya Allah ada rizqi-Nya”.
+ “ Terus , kalau hujannya sampai sore ? ".
- “ Itu artinya rizqi saya bukan jualan koran , tetapi banyak ber"Do'a"...!!! ".
+ “ Kenapa ? ”,
- “ Kata Rasulullah SAW:
"Saat hujan adalah saat mustajab untuk ber"Do'a"...!!! ".
Punya kesempatan berdoa , juga rizqi-Nya”.
+ “ Lantas , kalau tidak dapat uang ? ”.
- " Berarti , rizqi saya ber"Sabar"...!!! ".
+ " Kalau tidak ada yang dimakan ? " .....
- “ Berarti rizqi saya ber"Puasa"..!!! ".
+ “ Kenapa Mas bisa berpikir seperti itu ? ”.
- “ Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memberi rizqi....!!! ".
Apa saja rizqi yang diberikan-Nya, saya mensyukuri nikmat-Nya.
Selama jualan koran ...
Meskipun tidak laku ...
Dan sekalipun harus puasa, tapi saya belum pernah kelaparan, katanya dengan mantap dan ikhlas menutup pembicaraan dengan sangat santun dan rendah hati.
Subhanallah ... !
Hujan pun reda ...
Si penjaja koran bersiap-siap untuk berjualan. Ia pamit sambil memasukkan Al-Quran ke dalam tas gendongnya.
Aku termenung ...
Tanpa kusadari kacamataku menjadi gelap karena kucuran tetesan air mata tangisku.
Aku terenyuh terhadap diri sendiri setelah menyimak kalimat tausyiah yang diucapkan seorang loper koran.
"Ya Allah, begitu besarnya Imannya kepada-Mu ...".
Ada penyesalan di dalam hati ...
Kenapa kalau hujan aku masih resah-gelisah ...
Khawatir tidak dapat uang ...
Khawatir rumahku terendam banjir ...
Khawatir tidak dapat hadir di undangan ...
Khawatir akan penyakit yang berada dalam tubuh ...
Khawatir akan masa depan anak ...
Khawatir akan kalah gugatan di pengadilan ...
Khawatir tidak dapat klien ...
Khawatir tidak dapat bertemu kawan seprofesi ...
Kembali baru kusadari , rizqi-Nya bukan semata uang.
Bisa bersabar, berpuasa, berdoa, beribadah dan keshalehan sosial lain apapun itu, adalah juga rizqi dari Allah SWT.
Rizqi hidayah dan bisa bersyukur adalah jauh lebih bermakna daripada pekerjaan dan uang.
Dari apapun juga
Sumber : Whatsapp
Sejak subuh hujan turun cukup deras, yang membuatnya tidak bisa menjajakan korannya.
Terbayang di benakku, tidak ada satu rupiah pun uang yang akan ia peroleh kalau hari terus hujan.
Namun, kegalauan yang kurasakan ternyata tidak tampak sedikitpun
di wajah Penjual Koran Sang Teladan itu.
Hujan masih terus turun.
Si penjaja koran pun tetap duduk di emperan toko sambil tangannya memegang sesuatu. Tampaknya seperti sebuah buku. Kuperhatikan dari kejauhan, lembar demi lembar ia baca. Awalnya aku tidak tahu apa yang sedang ia baca.
Namun saat kudekati , ternyata Al Quran yang dibacanya.
Kudekati dan kusapa dia ...
+ " Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh...",
- “ Waalaikum salam Warahmatullahi Wabarahkaatuh ...!!! ".
+ “ Bagaimana jualan korannya, Mas .... ? ",
- “ Alhamdulillah, sudah satu yang terjual".
+ “ Wah susah juga ya kalau hujan begini...? " ,
- “ Insya Allah ada rizqi-Nya”.
+ “ Terus , kalau hujannya sampai sore ? ".
- “ Itu artinya rizqi saya bukan jualan koran , tetapi banyak ber"Do'a"...!!! ".
+ “ Kenapa ? ”,
- “ Kata Rasulullah SAW:
"Saat hujan adalah saat mustajab untuk ber"Do'a"...!!! ".
Punya kesempatan berdoa , juga rizqi-Nya”.
+ “ Lantas , kalau tidak dapat uang ? ”.
- " Berarti , rizqi saya ber"Sabar"...!!! ".
+ " Kalau tidak ada yang dimakan ? " .....
- “ Berarti rizqi saya ber"Puasa"..!!! ".
+ “ Kenapa Mas bisa berpikir seperti itu ? ”.
- “ Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memberi rizqi....!!! ".
Apa saja rizqi yang diberikan-Nya, saya mensyukuri nikmat-Nya.
Selama jualan koran ...
Meskipun tidak laku ...
Dan sekalipun harus puasa, tapi saya belum pernah kelaparan, katanya dengan mantap dan ikhlas menutup pembicaraan dengan sangat santun dan rendah hati.
Subhanallah ... !
Hujan pun reda ...
Si penjaja koran bersiap-siap untuk berjualan. Ia pamit sambil memasukkan Al-Quran ke dalam tas gendongnya.
Aku termenung ...
Tanpa kusadari kacamataku menjadi gelap karena kucuran tetesan air mata tangisku.
Aku terenyuh terhadap diri sendiri setelah menyimak kalimat tausyiah yang diucapkan seorang loper koran.
"Ya Allah, begitu besarnya Imannya kepada-Mu ...".
Ada penyesalan di dalam hati ...
Kenapa kalau hujan aku masih resah-gelisah ...
Khawatir tidak dapat uang ...
Khawatir rumahku terendam banjir ...
Khawatir tidak dapat hadir di undangan ...
Khawatir akan penyakit yang berada dalam tubuh ...
Khawatir akan masa depan anak ...
Khawatir akan kalah gugatan di pengadilan ...
Khawatir tidak dapat klien ...
Khawatir tidak dapat bertemu kawan seprofesi ...
Kembali baru kusadari , rizqi-Nya bukan semata uang.
Bisa bersabar, berpuasa, berdoa, beribadah dan keshalehan sosial lain apapun itu, adalah juga rizqi dari Allah SWT.
Rizqi hidayah dan bisa bersyukur adalah jauh lebih bermakna daripada pekerjaan dan uang.
Dari apapun juga
Sumber : Whatsapp
0 komentar:
Posting Komentar